Sabtu, 19 April 2025

Bokong Yang Kusuka Part 10

10. Belitung Tanda Cinta

Pagi-pagi buta, Yusuf sudah bangun. Ia sudah menyiapkan semua yang di chat oleh Mario. Termasuk roti srikaya kesukaan Mario. Yusuf tidak mandi, ia hanya mencuci muka dan bergegas menuju bandara. Keadaan jalanan yang sepi membuat mobil Yusuf dengan cepat melaju menembus jalanan dan tiba hanya dalam hitungan menit di bandara, setelah memarkirkan mobilnya, Yusuf bergegas menghampiri Mario yang lebih dulu sampai. Mario sudah duduk di atas koper di depan pintu keberangkatan yang sudah dijanjikan.

"Sendiri?" tanya Yusuf setelah bertemu Mario.

"Kalo dibolehin, gua bawa se RT" jawab Mario beranjak dari duduknya. Mario Menyeret koper untuk masuk melalui pintu keberangkatan.

Mario dan Yusuf menuju ke bagian ticketing untuk mencetak tiket, setelahnya mereka menuju ke ruang tunggu agar mempermudah mereka saat mendengar intruksi dari pihak bandara tentang pesawat yang mereka tumpangi.

"Nih, sarapan" Yusuf menyodorkan roti srikaya yang ia bawa di dalam waistbagnya.

Mario mengambil roti pemberian Yusuf dan tersenyum, "thank you, tau aja gua laper" ujar Mario.

Mario segera melahap rotinya, matanya memejam menikmati roti favoritnya sampai habis, "masih ada nggak?" tanya Mario menginginkan lagi.

"Masih," Yusuf kembali merogoh tasnya, lalu memberikan satu lagi untuk Mario, Mario kembali lahap memakannya, Yusuf tersenyum senang, "emang Diko nggak beliin?" sindir Yusuf.

"Diko belum bangun" jawab Mario santai.

"Emang dia nginep?" tanya Yusuf lagi.

"Nggak, dia pulang semalem, cuma nemenin gua beres-beres doang," Mario bercerita.

Yusuf hanya manggut-manggut. Bagi Yusuf hilang sudah harapannya untuk mengutarakan cinta. Tapi apa boleh buat, Yusuf bertekad ingin mengutarakan cintanya nanti di Belitung dan akan menerima apapun yang terjadi.

"Lu ada nomer Mas Jupri nggak?" tanya Mario.

"Mas Jupri yang bakal jadi supir kita di belitung?" Yusuf balik bertanya. Mario mengangguk, "ada kok" ujar Yusuf.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi. Nomor penerbangan mereka sudah dipanggil oleh bagian informasi. Yusuf dan Mario beranjak dari ruang tunggu menuju ke pesawat dengan kelas bisnis. Koper kecil yang mereka bawa untung saja muat karena Yusuf dan Mario tidak memesan bagasi tambahan. Dikarenakan kurang tidur, Yusuf dan Mario memutuskan tidur di pesawat. Tak sampai satu jam, pesawat yang mereka tumpangi sudah tiba di Bandara Hanandjoeddin Tanjung Pandan.

Yusuf bangun terlebih dahulu. Ia merasakan pundaknya berat, ternyata Mario tertidur dan bersandar di pundaknya. Yusuf membiarkannya, ia sengaja mendahulukan penumpang yang lain turun terlebih dahulu. Setelah sepi, barulah Yusuf menepuk pelan pipi Mario.

"Hei, bangun" Yusuf memberikan belaian di pipi Mario, "Yo.." bisik Yusuf lebih kencang.

Mario terbangun menguap dan mengucek matanya, "udah sampe?" tanya Mario.

"Belum, masih diatas, kita turun pake terjun payung" jawab Yusuf asal.

"Lucu lu" gerutu Mario.

"Ayo turun!" ajak Yusuf bangkit dari duduknya.

Yusuf dan Mario mengambil koper kecil mereka, lalu berjalan keluar menuju pintu kedatangan. Yusuf menelpon Mas Jupri, supir yang sudah dipesan untuk mengantar kegiatan mereka selama di Belitung. Ternyata laki-laki bernama Jupri sudah menunggu kedatangan mereka, Jupri melambaikan tangan setelah Yusuf menjelaskan ciri-cirinya.

"Kita kemana Mas Jup?" tanya Mario setelah berada di dalam mobil.

"Terserah mas berdua aja maunya gimana, mau langsung ke hotel atau jalan-jalan dulu" jawab Mas Jupri.

"Hotel dulu aja mas, jauh nggak dari sini" tanya Yusuf.

"Jauh sih mas, tapi, sebenernya hotel Sherat*n itu udah bagus mas, lokasinya di Tanjung Binga, pinggir pantai pula, mantep mas, nggak nyesel deh" Mas Jupri menjelaskan seolah marketing yang menawarkan penginapan.

"Ya udah, hari ini di hotel dulu aja, besok aja jalan-jalannya, gimana Yo?" cetus Yusuf memberikan usul. Mario hanya memainkan handphone dan mengangguk.

"Mas kalo mau ditemenin yang bening-bening, bilang saya aja mas, nanti saya bawain" ujar Mas Jupri tertawa.

"Serius Mas Jupri?" tanya Yusuf antusias, "gampang, nanti saya kabarin" sejujurnya di dalam hati Yusuf, ia tak serius, ia hanya ingin melihat ekspresi Mario, tapi sayangnya Mario tetap cuek saja.

Mas Jupri melajukan mobilnya menuju hotel yang dibicarakan. Yusuf kembali tidur, namun telinganya samar-samar menangkap suara Mario yang sedang menelpon mesra orang lain. Mario menyebut nama Diko. Yusuf mengira Diko yang dimaksud adalah laki-laki yang waktu itu bertemu dengannya di kossan Mario. Kecewa kembali menghampiri Yusuf, tapi mau bagaimana lagi. Mungkin Yusuf sudah terlambat untuk mengambil hati Mario.

Sesampainya di hotel. Yusuf dan Mario segera melakukan check in dan diantar ke kamar yang pemandangannya menjorok ke laut serta kolam renang. Seperti yang dikatakan Mas Jupri, view kamar mereka memang sangatlah indah.

"Gila! ini sih nggak usah kemana-mana, gua betah disini" Mario berdecak kagum.

Ada dua bed yang terpisah di dalam kamar yang cukup luas untuk mereka berdua. Mario segera merebahkan dirinya dan tertidur. Yusuf sendiri memutuskan untuk mandi dikarenakan dirinya belum mandi pagi.

Dengan dihujani air shower, Yusuf masih memikirkan rencananya yang akan mengungkapkan perasaan. Namun mendengar Mario selalu menelpon Diko, Yusuf jadi ragu. Apakah mungkin Mario sudah menjalin hubungan dengan laki-laki yang bernama Diko. Seusai mandi, Yusuf melihat Mario yang tertidur pulas, kelihatannya Mario memang kurang tidur, sudah berkali-kali Mario tertidur. Yusuf membiarkannya, Yusuf mengambil kesempatan untuk memberikan kecupan di kening Mario, ponsel Mario yang disilent menyala, menampilkan nama Diko di layarnya. Yusuf mendengus kesal, ia bergegas mengganti pakaian dan segera ke luar kamar meninggalkan Mario. Yusuf menuju kolam renang, menatap kosong ke depan dalam lamunannya. Hatinya tak menerima kenyataan bahwa bukan dirinya yang Mario pilih. Ia tidak rela ada laki-laki lain yang sudah mengisi hari-hari seorang Mario.

"Suf!" panggil Mario yang datang dari arah belakang, "lu kesini bukannya bangunin gua" ujar Mario.

"Takut ganggu, kayaknya lu ngantuk, semalem kan kurang tidur karena ditidurin Diko" sindir Yusuf.

"Kayak lu nggak aja, semalem juga pasti ada yang nemenin lu di apart, makanya agak telat" sindir Mario memutar obrolan.

"Apa gua sejelek itu dimata lu Yo?" tanya Yusuf melirik Mario yang sudah duduk di kursi persis di samping Yusuf.

"Nggak kok, biasa aja" jawab Mario, "oh iya, lu bawa pelicin ama kondom nggak, takutnya lu khilaf ama gua, lu kemaren kan sama amanda nggak pake, gua liat kok" ujar Mario.

Yusuf memicingkan mata, "gua nggak ampe masuk pas lu pergokin, nggak kayak lu waktu itu yang gua pergokin" balas Yusuf.

"Tapi setelah gua, lu kan bepetualang lagi" Rio meng-skak mat Yusuf.

"Lu juga balik ke cowok itu kan" timpal Yusuf.

"Udahlah, nggak usah dibahas, lagian kita kan fun doang, gua bawa kondom ama pelicin kok, buat jaga-jaga kalo lu pengen" jawab Mario.

Yusuf menahan dirinya untuk tidak marah mendengar jawaban Mario, Yusuf tersenyum getir, "gua nggak akan ngapa-ngapain lu, lu tenang aja."

"Yakin? seminggu lho kita disini" cibir Mario.

"Makasih Yo, ternyata lu nganggep gua cuma sebatas itu doang."

Yusuf bangkit dari duduknya, ia berjalan meninggalkan Mario menuju ke pantai. Mario memanggil Yusuf namun tidak Yusuf perdulikan. Yusuf terus berjalan dan duduk bersandar di bawah pohon kelapa. Yusuf menyesali dirinya yang tak bisa berkata jujur tentang perasaannya. Yusuf tak tahu harus berbuat apa, ini pertama kalinya bagi Yusuf merasakan cinta. Sejak SMA sekalipun, Yusuf tidak pernah serius terhadap hubungan. Namun saat ini hatinya berhasil dicuri oleh seorang laki-laki. Laki-laki yang ia sukai bokongnya, lalu lambat laun ia sukai hati si pemilik bokong, dan berakhir mencintai keseluruhan yang ada pada si pemilik bokong. Terpaan angin pantai membuat Yusuf mengantuk, hingga membuatnya tertidur pulas di bawah lambaian nyiur nan hijau.

"Yusuf! bangun!" Mario menggoyang tubuh Yusuf.

Yusuf menggeliat, kepalanya pusing, kulitnya terbakar karena tidak mengenakan sunblock.

"Lu tidur siang-siang disini ampe sore, ngapain coba?" ketus Mario.

"Lu ngapain disini? mana udah rapi lagi" tanya Yusuf heran melihat Mario yang berpakaian rapi.

"Kayak yang gua bilang sama Bu Ketty, gua mau pindah hotel sendiri" jawab Mario santai.

"Buat apa?" tanya Yusuf lagi.

"Ya kan lu nggak bakal ngapa-ngapain gua, jadi gua bisa minta pindah dong, biar kita punya privasi masing-masing" jawab Mario mengemukakan alasan.

Yusuf bangkit, ia menatap Mario lekat, "huh privasi" lirih Yusuf, "bilang aja biar lu bisa cari temen sex di Belitung, udahlah Yo, nggak usah beralasan" ujar Yusuf tersenyum.

"Picik banget otak lu, Suf" balas Mario, "emangnya gua kayak lu, yang di otaknya cuma sex doang, jangan samain kita Suf, kita beda, walaupun gua lebih hina dibanding lu."

"Terus apa kalo bukan itu?" Yusuf meninggikan nada bicaranya.

Wajah Mario memerah padam, ia tak menjawab pertanyaan Yusuf.

"Kenapa lu diem?" tanya Yusuf.

"Lu nggak bakal ngerti Suf, karena lu bukan gay kayak gua" jawab Mario berbalik arah ingin meninggalkan Yusuf.

Yusuf memegang pergelangan tangan Mario. Menarik tubuh Mario, memeluk Mario erat dan mencium bibir Mario, Yusuf memberi pagutan bibir yang lebih liar, memaksa lidahnya menyeruak ke dalam rongga mulut Mario.

"Lepasin gua Suf!" Mario mendorong tubuh Yusuf, "lu jahat" ucap Mario lagi.

"Gua jahat apa sih? gua kan cuma cium lu" Yusuf membela diri.

Mario tak bisa menahan tangisnya, perlahan air matanya mulai menetes.

"Suf ... Gua memang gay ... Gua homo ... tapi gua berani sumpah, gua belum pernah ngapa-ngapain selain sama lu. Yang lu liat waktu itu, gua nggak sempet diapa-apain sama Diko, gua baru mau di penetrasi dan makasih lu dateng ngegagalin, kedatangan lu bikin gua sadar, seharusnya gua nggak ngelampiasin nafsu gua ke Diko, Diko itu temen gua sendiri. Semua gosip-gosip yang beredar di kantor, gua pernah main ama si A, si B, sumpah demi tuhan itu bohong!" Mario terisak menumpahkan semua yang ia pendam dan ia tahan sendiri.

"Gua selama ini cuma diem, pura-pura tuli, nggak perduli omongan orang, itu semua karena satu hal Suf. Alasan gua tetap bertahan di kantor itu karena seorang Yusuf. Cuma lu yang dari awal terima gua dengan semua gosip murahan yang udah kesebar. Dan gua ini goblok, berharap seorang Yusuf jatuh cinta sama gua. Berharap setelah kekhilafan lu waktu itu, bisa bikin lu punya perasaan sama gua" tangis Mario pecah, semakin tak bisa ia tahan, ia sudah tidak perduli, ia keluarkan semua rasa yang ia pendam selama ini.

Yusuf bungkam, ia memberikan ruang bagi Mario untuk mencurahkan segala isi hatinya terlebih dulu. Yusuf mendengarkan tidak bergeming sedikitpun.

Masih dalam tangisnya, Mario pelan-pelan melanjutkan ucapannya, "lu jahat, kenapa lu seolah kasih harapan sama gua. Gua kege-eran karena lu cemburu sama Diko, Diko cerita masalah lu dateng pagi itu, Diko manasin lu, dia bilang kalo dia nginep di kossan gua, Diko cuma temen gua, dia memang suka sama gua tapi gua tolak, Suf. Dia tau kalo gua suka sama lu. Kalo lu mau tau abis nganter makanan ke apart gua kemana? gua cari toge goreng karena gua kangen sarapan berdua sama lu. Gua seneng lu marah perkara roti, lu nggak liat kan roti dari lu cuma gua kasih satu, sisanya gua simpen di laci, gua sengaja diemin karena gua seneng lu marah, gua ngerasa lu perhatian dan suka sama gua tapi nyatanya gua mergokin lu sama Amanda."

"Yo, maafin gua" lirih Yusuf tak dapat berkata apa-apa.

"Entar dulu suf, gua belum kelar" Mario memarahi, "lu kalo mau ngesex sama gua, lakuin aja Suf, tapi jangan bikin gua baper sama lu, kenapa lu belai rambut gua, lu bisikin ke gua saat gua tidur kalo lu cinta sama gua. Tapi di depan gua, lu nggak ada sedikitpun singgung ke arah sana, kenapa? Lu jahat, Suf. Lu jahat karena sikap lu bikin gua berharap lebih."

Yusuf meraih tangan Mario, ia menatap mata Mario dengan tulus lalu Yuauf memindahkan tangannya untuk merengkuh pipi Mario dan juga menyeka air mata yang membasahi pipi lembut Mario.

"Makasih, Yo," ujar Yusuf memberikan senyum tulus, "makasih karena kamu udah ngewakilin semua hal yang mau aku tanyain, kamu juga udah ngewakilin semua rasa yang ingin aku ungkapin," Yusuf mencium kening Mario sebentar lalu kembali melanjutkan ucapannya, "aku cinta sama kamu dan itu nggak bohong, aku serius, aku cinta sama kamu. Maaf, aku nggak seberani kamu untuk ngungkapin perasaan aku."

Yusuf berlutut di depan Mario, menggenggam jemari Mario erat seolah tak ingin lepas. "Mario ... aku nggak mau nanya, tapi aku maksa, mulai hari ini kamu jadi pacarnya Yusuf ya."

"Nggak mau!" jawab Mario melepas genggaman Yusuf dan menghapus air matanya, "nanti aku diewe tiap hari, kamu kan bilangnya gitu, kalo punya pacar, harus diewe tiap hari" Mario menambahkan.

Yusuf terkekeh, ternyata Mario masih mengingat ucapannya waktu itu. Yusuf berdiri dari posisi berlutut, menatap mata Mario dan memegang pundak Mario, "nggak akan tiap hari sayang, tapi tiap jam" balas Yusuf tertawa.

Mario mengerucutkan bibirnya dan membiarkan Yusuf memeluk tubuhnya erat.

"My Rio, pulang dari Belitung, mau ya pindah ke apartemen Mas Sabi?" tanya Yusuf menahan tubuh Mario didalam pelukannya.

"Aku nggak jago masak, aku males bersih-bersih, aku ...."

"Aku nyuruh pacar tinggal bareng bukan nyari pembantu" ujar Yusuf membuat Mario menghentikan ucapannya.

Dalam dekapan Yusuf, Mario menjawab dengan menganggukkan kepala. Sore itu menjadi sore yang indah bagi Yusuf dan Mario. Keduanya saling berpagutan dalam peluk yang tak ingin lepas, ditemani sinar surya yang perlahan meninggalkan, seolah tak ingin mengganggu sepasang kekasih baru yang asyik bercumbu.


Bokong Yang Kusuka Part 9

 

9. Yakin atau Tidak

Pagi hari yang cerah untuk jiwa yang mengambang seperti yang dialami Yusuf. Yusuf memarkirkan mobilnya di sebuah minimarket yang tidak jauh dari kantornya. Dengan senyum riang membeli roti isi srikaya kesukaan Mario. Di dalam pikirannya, Mario akan tersenyum saat mendapati ada roti isi srikaya di atas meja Mario. Langsung saja Yusuf membeli lima, karena Yusuf teringat saat dibogor, waktu itu Mario bisa menghabiskan dua sekaligus. Betapa bahagianya hati Yusuf membelikan makanan favorit dari laki-laki yang mulai mengganggu pikirannya, bukan lagi bokong, tapi kali ini adalah sosok seorang Mario. Setelah membayar belanjaanya, Yusuf bergegas menuju kantor, ia tidak mau keduluan Mario.

Setibanya di kantor. Yusuf segera masuk ke ruangannya. Meletakkan lima roti sekaligus di atas meja Mario dan bersiap-siap menunggu Mario datang. Yusuf sudah berkhayal ekspresi wajah Mario saat datang, di dalam khayalan Yusuf, Mario pasti akan terkejut dan tersentuh hatinya.

Tak lama kemudian Mario datang, masuk tanpa mengucapkan sapa dan salam seperti biasa yang ia lakukan. Mario bahkan tak melirik Yusuf yang ada di meja kerjanya.

"Selamat pagi" sapa Yusuf namun Mario seperti tidak mendengar. Yusuf berusaha untuk tetap tersenyum atas keacuhan Mario.

"Dari siapa nih?" tanya Mario melihat ada roti di atas mejanya.

Yusuf ingin menjawab, namun entah kenapa hatinya malu untuk mengakui jika itu darinya, terpaksa Yusuf harus berkata bohong,"nggak tau, ada disitu dari tadi, kirain lu udah dateng."

"Sayang banget" seru Mario, "gua udah dibeliin Diko banyak lagi" sambung Mario mengeluarkan kantong minimarket dari dalam tas laptopnya.

Ingin rasanya Yusuf bertanya siapa Diko, tapi Yusuf merasa tidak punya hak. Jadi Yusuf menahan rasa ingin tahunya.

"Buang aja, kalo nggak kasih orang" ketus Yusuf.

Mario menuju ke depan pintu, ia memanggil seseorang dan menyuruh orang itu masuk. Ternyata yang dipanggil adalah OB yang sering membersihkan ruangan Mario dan Yusuf. Ob itu bernama Dede.

"Ini buat Mang Dede, bagi-bagi sama temen cleaning service yang lain, saya mah satu aja cukup, kebanyakan ini" ujar Mario memasukkan roti ke dalam kantong miliknya kemudian menyerahkan kepada OB yang bernama Mang Dede.

"Hatur nuhun boss Mario" ujar Dede memgambil kantong pemberian Mario di depan mata Yusuf.

Yusuf menarik nafas. Sia-sia sudah pemberiannya, ia yang sengaja memebelikan roti itu untuk Mario malah diberikan lagi kepada orang lain. Sepeninggalnya OB, Yusuf langsung mematikan komputernya, lalu mengambil tas laptop yang ia bawa, kemudian melangkah meninggalkan Mario.

"Mau kemana lu?" tanya Mario membuat Yusuf menghentikan langkahnya.

"Mau ngebakar pabrik yang bikin roti isi srikaya biar nggak ada yang jual lagi" jawab Yusuf ketus dan tetap pergi meninggalkan Mario yang cuek bebek.

Yusuf kesal, kecewa, ingin marah, melampiaskan, tapi Yusuf hanyalah sendiri disini, ingin Yusuf tunjukkan pada siapa saja yang ada bahwa hati Yusuf kecewa.

"Mau kemana lerr?" teriak Yogi yang melihat Yusuf menunggu lift. Yogi berlari menghampiri Yusuf.

"Pulang" ketus Yusuf.

"Ngapain?" tanya Yogi.

"Kan udah achieve target, masuk juga cuma formalitas" jawab Yusuf.

"Ya maksud gua, lu di apart mau ngapain?" tanya Yogi lagi.

"Nangis kali, meratapi nasib" jawab Yusuf asal membuat Yogi tertawa terbahak-bahak.

Yogi berusaha menghentikan tawanya. Tapi memang ini langka terjadi, seorang Yusuf yang sudah Yogi kenal bertahun-tahun bisa segalau ini.

"Ikut gua ke rooftop aja yuk, kita sebat aja dulu, cerita ama gua kenapa" ajak Yogi yang mengetahui sahabatnya sedang galau.

Bertepatan dengan anggukan Yusuf, pintu lift di sebelah lift yang Yusuf tunggu terbuka, lift itu mengarah ke atas. Yusuf dan Yogi segera masuk ke dalam lift dan menekan angka 25. Tak ada yang memulai obrolan diantara Yusuf dan Yogi hingga mereka tiba di atas gedung kantor mereka. Mereka menaiki satu anak tangga lagi hingga akhirnya sampai di rooftop. Angin pagi cukup kencang berhembus. Yogi dan Yusuf berjalan ke pinggir yang memiliki batas dari beton kokoh setinggi dada. Yusuf bersandar, menyalakan rokoknya dengan susah payah karena koreknya beberapa kali ditiup angin. Yogi ikut menyulut rokok memakai api dari rokok milik Yusuf.

"Lu kenapa?" tanya Yogi memulai obrolan sambil menghisap rokoknya.

"Gua nggak tau, rumit" jawab Yusuf ikut menghisap rokok yang ia pegang.

Yogi tertawa kecil, ia menggelengkan kepala lalu berkata "jadi ... Yusuf yang gua kenal ternyata nggak seberani yang keliatannya."

"Gua nggak bisa ngomong ke Mario, gua bingung, gua harus memulainya dari mana. Lu kan tau, gua selama ini nggak pernah pacaran, jadi gua nggak ngerti step by step orang ngajak pacaran itu kayak gimana" jelas Yusuf mengusap rambutnya sendiri yang tertiup angin.

"Makanya, ngewe mulu sih kerjaannya" ledek Yogi membuat Yusuf mendengus, "ya lu tinggal ungkapin perasaan lu, simpel banget kan."

"Simpel biji lu di mata" timpal Yusuf kembali menghisap rokoknya lalu mengebulkan asapnya keatas, "gua kesel hari ini, gua harus cari tau, Diko itu siapa, enak aja dia beliin sarapan buat Mario, ampe sarapan dari gua dikasih ke mang Dede, asem!" curhat Yusuf membuat Yogi kembali tertawa.

Yogi berusaha menghentikan tawanya yang puas seolah mengatai Yusuf yang ada di sampingnya, "sorry lerr, abisnya kocak. Jadi lu udah bawain makanan buat Mario, terus makanan yang lu beli, dikasih ke mang Dede, begitu?"

"Nggak usah diperjelas, gua lempar lu ke bawah!" ancam Yusuf tak serius.

"Haduuh, kasian amat sohib gua galau gara-gara cowok, kalo ampe Amanda, Bella, Dina, Shelly, banyak dah pokoknya, kalo ampe tau nih mereka, lu disyukurin lerr, karma sih" ledek Yogi kembali tertawa.

"Gua balik aja dah kalo lu ngajak gua kesini mau ngecengin gua doang" sungut Yusuf

"Iyee ... maaf, sensitif amat lu lerr kayak bulu ketek" ujar Yogi menghabiskan sisa rokoknya dan menyulutnya lagi, "jadi lu galau gara-gara cowok yang namanya Diko, nama panjangnya Dikorek, Dikobel atau ...."

"Dikontol kali!" potong Yusuf sangat fasih mengucapkan kata jorok itu agar hatinya puas sedikit mengumpat.

"Ya sulit lerr kalo udah punya pacar, jalan satu-satunya, lu tembak aja udah, lu ungkapin perasaan lu. Tapi gua kurang yakin kalo Mario bakal terima lu, tipe cowok Mario itu pasti yang chinese juga. Lu kan pribumi, muslim, walau keturunan arab tapi nggak ada arab-arabnya, titit doang arab" Yogi menepuk pundak Yusuf berusaha menenangkan.

"Gua bunuh beneran lu lerr, gua lempar ke bawah!" ancam Yusuf, "kasih saran nggak ada benernya."

"Gua kan ambil paitnya aja, siapa tau ... lu emang bukan tipenya Mario. Gay juga punya tipe cowok kali, emang lu pikir cowok hetero doang yang ada tipe cewek" timpal Yogi.

Yusuf diam sejenak, ia mulai berpikir mungkin ucapan Yogi ada benarnya, "terus gua harus gimana dong, gua nggak nyangka jatuh cinta serumit ini" ujar Yusuf kembali berbicara.

"Makanya, dulu aja kalo ada yang galau karena pacar, selalu lu katain bloon. Ngerasa kan lu sekarang, gimana kalo udah sayang sama orang" timpal Yogi membuat Yusuf menyadari kekeliruannya.

"Kenapa harus Mario sih" keluh Yusuf menghempaskan puntung rokok yang sudah habis karena angin.

"Ya kalo ke gua, gua tolak" timpal Yogi ingin tertawa namun ia tahan, "kalo menurut gua nih ler, lu harus pilih salah satu, antara Mario atau cewek cewek yang masih lu temuin, dan yakinin lagi hati lu, lu beneran jatuh cinta, atau karena lu mulai terbiasa ngapa-ngapain sama dia."

"Ya udahlah, ke bawah yuk!" ajak Yusuf.

"Lu duluan aja lerr, gua masih mau disini" ujar Yogi.

Yusuf mengangguk, ia melangkah, kembali berjalan menuruni tangga darurat, lalu menuju ke lift dan menekan tombol dimana letak ruangannya berada. Lift turun sangat cepat tanpa hambatan. Tak butuh waktu lama pintu lift terbuka. Yusuf melangkah menuju ruangannya, ia mendapati Mario tertidur di kursi, Mario tertidur dengan merebahkan sebelah pipi di meja. Yusuf menghampiri Mario. Biasanya Yusuf akan memukul meja Mario untuk membuat Mario kaget dan memaki kejahilan Yusuf. Tapi hari ini, Yusuf membiarkan Mario tertidur pulas. Tangan yusuf bergerak membelai beberapa helai poni yang menutupi kening Mario. Entah ada angin apa, Yusuf mengecup kening Mario.

Perlahan bibir Yusuf mulai mengatakan perasaannya, "aku cinta sama kamu Yo."

Yusuf keluar ruangan, ia memutuskan untuk pulang karena besok adalah keberangkatan Yusuf dan Mario ke belitung, sesuai dengan destinasi yang dijadikan rewards tambahan selain bonus yang akan mereka terima saat gajian bulan ini. Mereka diberi pilihan antara Belitung atau Bali. Mereka sudah serempak memilih Belitung karena bagi nereka, Bali sudah terlalu mainstream.

"Mas, mau kemana?" panggil Dina yang bertemu dengan Yusuf di koridor kantor.

"Mau pulang" jawab Yusuf singkat.

"Sebelum pulang, bisa kali tangga darurat" goda Dina menyunggingkan senyum.

"Nggak bisa Din, mas buru-buru, besok mau berangkat ke belitung" tolak Yusuf meninggalkan Dina.

* * *

Yusuf sudah tiba di apartementnya. Berkemas untuk keberangkatannya besok. Yusuf membuat list apa saja yang harus dibawanya, setiap barang yang sudah ia masukkan ke koper ia contreng di list yang ia buat. Semuanya beres bagi Yusuf, tinggal menunggu pagi, karena besok keberangkatan mereka pukul 6 pagi sesuai dengan tiket elektronik yang dikirim Bu Ketty. Yusuf merebahkan dirinya di kasur, tiba-tiba ada bunyi chat yang masuk. Yusuf tersenyum mendapatkan chat dari Mario yang telah ia ubah namanya.

MyRio (Mario) :

Besok jam 5 udah mesti di bandara, harus check in tiket.

Jangan lupa bawa obat alergi, lu kan bandel, udah tau makan seafood gatel, masih demen aja, gak ada tukang garuk disana dan gua nggak mau garukin lu.

Jangan lupa bawa sunblock, bukan karena takut item, tapi biar nggak kebakar.

Jangan lupa bawa tripod, biar nggak nyuruh gua megangin kayak waktu gathering di lombok.

Yusuf tersenyum bahagia, ketiga benda yang diingatkan Mario memang belum ada yang ia bawa. Yusuf mengetikkan Makasih sayang, I love you. Namun Yusuf menghapusnya dan merevisi chatnya menjadi Makasih Yo, see you tomorrow.

Dalam lamunan bahagianya, Yusuf bertekad akan mengungkapkan perasaannya terhadap Mario saat tiba di Belitung nanti.


Bokong Yang Kusuka Part 8

8. Rewards Achievement

 

"Selamat pagi!" seru Mario saat melihat Yusuf membuka pintu ruangan kerja mereka. Yusuf tersenyum sebentar, tapi mengingat kejadian kemarin wajahnya kembali ditekuk.

Yusuf langsung duduk di meja kerjanya, sama sekali tak menjawab sapaan dan salam dari Mario. Hatinya masih tidak menerima kejadian kemarin. Bisa dibilang Yusuf cemburu karena melihat laki-laki lain yang tidur dengan Mario. Lebih tepatnya, laki-laki yang menjadi teman tidur Mario sebelum dirinya masuk dan menggantikan posisi itu.

"Hmm ... kacang, kacang, kacang" sindir Mario yang merasa diacuhkan Yusuf, "kacangin aja, kenyang nih" Mario melanjutkan sindirannya.

Tanpa ada yang mengetuk, pintu ruangan mereka ada yang membuka, terlihat Yogi dengan senyum menggoda menatap satu persatu temannya.

"Kirain lu berdua lagi ngeue, padahal pengen liat" seloroh Yogi tertawa cekikikan.

Merasa leluconnya tidak lucu karena tidak ada yang tertawa, Yogi menghentikan tawanya, "serem amat pagi-pagi" sindir Yogi.

"Eh betewe, lu berdua dipangil Bu Ket, sekalian morning briefing dulu" Yogi melanjutkan perkataannya.

Yusuf dan Mario hanya mengangguk. Mario lebih dulu meninggalkan Yusuf yang raut wajahnya tak seceria biasanya. Yogi merangkul Mario sok dekat, Mario membiarkannya. Sedangkan Yusuf yang ada di belakang Yogi dan Mario semakin kesal, seperti tidak rela ada orang lain yang menyentuh Mario lebih dari dirinya.

"Awas, ada air panas" Yusuf memotong jalan Yogi dan Mario, menyingkirkan rangkulan Yogi, "lambat banget jalan lu berdua" ketus Yusuf meninggalkan Yogi dan Mario yang mengekor di belakang Yusuf.

Kini ketiganya sudah ada di ruangan Ibu Ketty Ekawati, manager mereka. Beberapa rekan mereka yang lain juga sudah hadir. Semuanya berbaris membentuk lingkaran, melafalkan yel- yel perusahaan dan melaporkan pencapaian serta planning selanjutnya untuk kepentingan target perusahaan secara bergantian. Setelah semua tim selesai, barulah sebagai penutup, Ibu Ketty memberikan petuah-petuah sok bijak dan beberapa pengumuman.

"Sebelumnya, give applause untuk Yusuf dan Mario yang udah berhasil memenangkan tender besar dengan Mister Singh" ujar Bu Ketty bersemangat disambut tepukan meriah oleh rekan-rekan kerja Yusuf, termasuk Yogi yang bertepuk tangan terlalu lebay, "target Yusuf dan Mario untuk tahun ini sudah tercapai, tapi ... bukan berarti bisa santai-santai ya, masih tetep harus pikirin buat tahun depan" ujar Bu Ketty lagi. Yusuf dan Mario mengangguk.

"Nah ... seperti yang saya janjikan, kalo ada yang Achieve target lebih dulu, bakal saya kasih liburan, congrats buat Mario dan Yusuf sekali lagi."

Semua kembali bertepuk tangan, Yogi terlihat paling bahagia, ia merangkul Yusuf dan Mario di samping kiri dan kanannya.

"Jadi bertiga sama Ibu berangkatnya?" tanya Mario berbicara.

"Ya enggak dong, kan yang achieve kalian berdua, jadi cuma kalian berdua aja" jawab Bu Ketty dengan mimik wajah yang serius.

"Widihh, honeymoon dong ler" ledek Yogi menyenggol Yusuf. Yusuf memberikan delikan tajam seolah ingin memakan Yogi bulat-bulat.

"Yusuf sama Mario, nanti japri ke ibu Foto KTP ya" ujar Bu Ketty dijawab anggukan oleh Yusuf dan Mario.

Setelah selesai melakukan morning briefing, Yusuf mengajak Yogi menuju ke kantin, Yusuf merayu dengan traktiran sehingga Yogi tidak berpikir dua kali. Setibanya di kantin, Yusuf hanya memesan kopi dan menghisap rokoknya, sambil menunggu Yogi yang memanfaatkan traktiran dengan baik.

"Eh busyet dah, lu abis nguli?" tanya Yusuf keheranan saat melihat piring yang dibawa Yogi hampir penuh dengan lauk yang Yogi pesan.

Yogi terkekeh tanpa merasa berdosa, dan mulai menyuapkan sendok ke mulutnya.

"Gua bingung, lerr" Yusuf menghisap rokoknya dan meniup asap rokok dari mulutnya, hisapannya membuat bunyi dari mulutnya begitu juga saat meniup, ia sengaja mengeluarkan hawa anginnya kencang.

"Pegangan dong kalo bingung" canda Yogi, "becanda sayang, bingung kenapa?" tanya Yogi meralat ucapannya, ia tahu sahabatnya sedang serius.

"Kayaknya, yang lu bilang bener tapi salah juga" ujar Yusuf membuat Yogi menghentikan aktifitas kunyah- mengunyahnya yang menggiurkan.

"Yang bener dong, maksudnya apaan?" tanya Yogi tak mengerti.

"Masalah omongan lu kemaren, takutnya Mario baper."

"jadi beneran Mario baper?" Yogi melotot tak percaya.

"Mario kagak, gua yang baper" jawab Yusuf dengan segala kejujurannya, "masa gua cemburu pas tau Mario diapelin cowok lain" curhat Yusuf.

"Kok lu bisa tau?" Yogi kembali melempar pertanyaan.

"Pulang dari nganter lu, gua ke kossan Mario, ada cowok yang nginep" Yusuf bercerita sambil menghisap rokoknya lagi dan mengebulkan asapnya dengan malas.

"Siapa tau cuma temennya, jangan langsung cemburu dulu" Yogi berusaha menenangkan, sampai-sampai Yogi jadi tidak bernafsu makan karena kegalauan sahabatnya.

Yusuf menghembuskan nafas panjang, ia enggan menceritakan kejadian waktu memergoki Mario, namun pada akhirnya Yusuf menyerah dan bercerita, "cowok itu yang gua pergokin waktu ngeue sama Mario, dari situ gua tau Mario gay, dari situ juga gua khilaf ngeue sama Mario, terus ketagihan, dan sekarang gua kepikiran."

"Aduh ... gimana ya" Yogi jadi bingung sendiri, "gua belum pernah ngasih solusi buat cowok yang jatuh cinta sama cowok" ujar Yogi, "tapi, kenapa nggak coba tanya Mario, dia cowoknya apa bukan" cetus yogi memberikan ide.

"Terus ... gua bilang gitu, kalo gua suka sama dia? gila! mau tarok dimana muka gua, berpetualang kesana sini masa jatohnya dipelukan cowok" keluh Yusuf masih merasakan bimbang di hatinya.

"Sekarang gini, gua tanya dah sama lu, sejak awal lu milih Mario buat ngobatin rasa penasaran lu terhadap anal sex itu karena apa?" tanya Yogi tampak serius.

Yusuf menggeleng, "nggak tau, nggak diniatin."

"Nah itu!!" seru Yogi, "itu karena sejak awal sebenernya lu suka sama dia, tapi lu nggak sadar, bukan karena rasa penasaran lu doang, kalo lu penasaran nih ya, lu pasti kayak yang udah-udah, lu setting bener-bener tempat kejadian perkaranya, lu setting bener-bener waktunya, terus lu lancarin serangan lu ke target, ye kan begitu."

Yusuf diam saja, apa yang dikatakan Yogi benar. Saat Yusuf penasaran dengan wanita-wanita yang berhasil ia gaet, Yusuf selalu merencanakan semuanya dengan matang hingga berakhir dengan pengencrotan. Berbeda dengan Mario yang mengalir begitu saja tanpa direncanakan.

"Lu menikmati apa kagak pada saat lu ngeue Mario?" tanya Yogi lagi.

Yusuf menjawab dengan anggukan.

"Gua support apapun keputusan lu, nggak usah ada gejolak batin dah, kalo lu emang gay ... ya udah akuin aja, gua nggak akan ngejauhin lu karena lu jadi gay" jelas Yogi berusaha meyakinkan jika semuanya akan baik-baik saja.

"Tapi gimana cara ngomongnya, lerr?" Yusuf kembali dilanda kebingungan.

"Ya elah, ngomong tinggal ngomong, lu kan udah sering ngerayu cewek, masa nggak bisa ngerayu cowok" timpal Yogi.

"Ya bedalah peler!" maki Yusuf.

"Sama aja, lu ewe Mario, terus pas lagi di tengah-tengah nih, lu cabut biar dia kentang, bilang gini, kalo mau lanjut jadi pacar gua Yo, gitu aja" Yogi tertawa terbahak-bahak setelah mengatakan idenya.

"Bangke lu" ujar Yusuf tak bersemangat.

"Udahlah, gua yakin lu lebih tau apa yang bakal lu lakuin" Yogi menepuk pundak Yusuf, "tapi gua masih nggak nyangka sih, segitu enaknya ya ampe bikin jatuh cinta."

"Awalnya iya gua cuma pengen ngewe doang, tapi lama-kelamaan, ini ler yang ngomong" ujar Yusuf menunjuk hatinya.

"Ya udah cabut yuk, gua jam 9 ada ketemu client" ujar Yogi kembali menepuk pundak Yusuf dan melihat jam tangannya, "udah gua bayarin, langsung cabut aja" tambah Yogi lagi membiarkan makanannya bersisa.

Yusuf berpisah dengan Yogi di lift, Yogi memutuskan untuk langsung ke basement, sedangkan Yusuf berjalan menuju ruangannya. Setelah membuka pintu, Yusuf melihat Mario sibuk dengan komputernya. Yusuf memutuskan duduk di bangkunya, memandangi Mario dan sesekali tersenyum.

"Yo, entar malem kemana?" tanya Yusuf ragu-ragu.

Mario berhenti sejenak dari kesibukannya, ia menatap Yusuf, "kirain masih ngacangin gua" timpalnya tertawa.

"Ya elah, masih diinget aja, gua tadi cuma bad mood doang, jalanan macet banget" Yusuf berkilah, sudah menjadi Yusuf si pembohong, "iya udah, maaf" ujar Yusuf menambahkan.

"Lu mau ngajak gua kemana entar malem? ke apart lu? nggak bisa kayaknya" Mario bertanya tapi langsung memberikan jawaban, "lagi pengen ya?"

"Emangnya kalo gua ngajakin lu kemana, udah pasti gua mau ngewe sama lu?" Yusuf meninggikan nadanya, tetap berusaha menahan diri, tapi Yusuf sedikit sakit hati atas jawaban Mario yang seolah-olah Yusuf hanya ingin mengajaknya berhubungan Sex.

Mario mengernyitkan dahi, "kok marah? kan emang gitu, emang belakangan ini lu pernah ngajak gua kemana kalo bukan ngajak ngewe doang" Mario ikut menaikkan nada bicaranya.

"Ya udah, serah lu aja dah" Yusuf meninggalkan mejanya dan keluar dari pintu ruangan dengan perasaan kecewa.

Niat hati ingin mengajak Mario kencan, tapi ternyata Mario sudah berpikiran yang tidak-tidak. Yusuf melampiaskan kemarahannya dengan menarik tangan Amanda yang bertemu dengannya di koridor ke dalam ruangan kosong yang tak jauh dari ruangannya. Yusuf bercumbu dengan Amanda.

"Aghh ... Mas agh ... jadi ganas deh, Amanda suka" desah Amanda yang menikmati lumatan Yusuf di payudaranya.

Baru saja ingin memasukkan penisnya ke dalam vagina Amanda. Seseorang membuka pintu tersebut.

"Sorry Suf, Manda, gua nggak maksud ganggu" ujar Mario memalingkan wajahnya.

Yusuf dan Amanda buru buru menyudahi aksinya, mereka segera merapikan pakaian kembali.

"Gua disuruh Bu Ketty cariin lu, urgent katanya" ketus Mario masih tak mau menoleh dan keluar lebih dulu dari ruangan.

"Ya udah sana mas, nanti diomelin Bu Ket" timpal Amanda.

Yusuf meninggalkan kekentangan Amanda dan dirinya, mengikuti langkah Mario dari belakang menuju ruangan Bu Ketty. Ternyata Bu Ketty hanya ingin membicarakan masalah akomodasi dan segala maca tete-benge yang akan disiapkan untuk rewards achievement yang didapat oleh Yusuf dan Mario.

"Jadi gimana? buat hotelnya deal?" tanya Bu ketty memperlihatkan layar laptopnya.

"Apa nggak bisa diduitin aja bu, nggak usah jalan-jalan" usul Mario.

"Ya nggak bisa dong, kan ini cost perusahaan, proposal yang saya ajuin harus selesai hari ini, biar minggu ini udah bisa berangkat, dari dulu juga kan begitu" ujar Bu Ketty menolak usul Mario.

"Kalo gitu cost nya dibagi aja bu, kamar hotel nggak usah yang mahal-mahal, tapi cari dua kamar, single bed juga nggak masalah" cetus Mario lagi meluangkan idenya.

"Loh emang kenapa kalo satu kamar?" tanya Bu Ketty keheranan, "kalian kan satu team, biar lebih engaged."

"Ya ... biar lebih jaga privasi masing-masing aja bu" Mario berkelit memberikan alasan.

"Kamu gimana Suf?" tanya Bu ketty ke Yusuf.

"Saya ngikut ajalah bu, terserah Mario aja, Mario nggak mau kali tidur sama saya" sindir Yusuf membuat Mario menyipitkan mata kearahnya.

"Ya udah, biar adil, saya pesen kamar yang double bed ya, biar masing-masing tidurnya, tapi tetep sekamar. Kamar nggak bisa dipisah, invoice kamar hanya boleh satu kamar berdua" Bu Ketty menjelaskan.

"Kalo nggak bisa, ngapain nanya" lirih Mario, "ya udah bu, atur aja, saya juga bisa pesen kamar sendiri nanti."

"Ya udah kalo gitu, kalian boleh lanjutkan kerjaan kalian" ujar Bu Ketty mempersilahkan kedua bawahannya keluar.

"Permisi bu" ucap Yusuf dan Mario berbarengan.

Mario meninggalkan Yusuf lebih dulu kembali ke ruangan. Disusul Yusuf yang bergegas ingin tahu apa maksud Mario di ruangan Bu ketty.

"Lu kenapa? nggak mau jalan-jalan sama gua?" tanya Yusuf setelah mereka tiba di ruangan.

"Lu kenapa sih, suf? aneh banget marah-marah gitu" ujar Mario tak mengindahkan Yusuf yang duduk di depan mejanya.

Yusuf menghela nafas, mencoba tersenyum, "gua nggak marah Mario, gua cuma nanya" Yusuf memelankan nada bicaranya.

"Tapi nanyanya ketus" timpal Mario.

Yusuf sudah hilang kendali, ia tak mau memperpanjang masalah kecil, tanpa aba-aba, Yusuf mencium bibir Mario, melumatnya langsung, ini ciuman pertama yang dilakukan Yusuf ke Mario dengan lumatan-lumatan liar. Selama bercinta tak pernah sekalipun mereka berpagutan. Mata keduanya memejam, terbuai hanyut dalam pagutan bibir yang saling beradu.

"Huuh" Yusuf menghembuskan nafas setelah melakukan ciuman itu.

"Lu jahat Suf, sumpah .... lu jahat!" lirih Mario beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan Yusuf yang seperti orang linglung.

Yusuf menghempaskan tubuhnya di kursi, mengadahkan wajah ke atas dan meraupnya. Yusuf frustasi dengan perasaannya yang tidak menentu. Memikirkan ucapan Mario yang mengatakan dirinya jahat, Yusuf tidak mengerti, kenapa dirinya dianggap jahat, bukankah Mario yang jahat karena membohonginya.

* * *

Yusuf pulang cepat, ia ingin menenangkan pikiran. Seharian Mario tidak kembali ke ruangan, Yusuf semakin bingung dengan perasaannya. Setibanya di dalam apartementnya, tak berselang lama pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Dengan langkah gontai, Yusuf membuka pintu apartement, ia mendapati seorang wanita cantik yang berdiri di depannya.

"Mm ... maaf Mas, saya mau minta maaf" ujar si wanita cantik.

"Maaf kenapa?" tanya Yusuf kebingungan.

Wanita itu memberikan sesuatu yang ia sembunyikan di belakangnya, "jadi, kemaren pacar saya nelpon, katanya dia nitip ke security buat ngasih nasi goreng buat saya, terus saya liat ada nasi goreng yang ngegantung di pintu mas, saya pikir security salah narok. Ternyata saya yang salah, yang punya saya belum dianter security, tapi punya Mas udah saya makan" wanita itu menjelaskan dengan penuh penyesalan. "Tapi ini saya ganti kok, ini saya bikin buat mas, sekalian saya balikin wadahnya, maaf ya sekali lagi."

Yusuf tersenyum simpul dan mengangguk, "santai, nggak apa-apa, makasih ya."

"Makasih juga mas, maaf sekali lagi, saya permisi" wanita itu berbalik meninggalkan Yusuf, ternyata wanita itu tinggal di seberang kamarnya.

Yusuf diam mematung, sejenak ia mengingat kejadian kemarin, itu artinya Mario tidak berbohong. Tapi masih ada satu hal yang mengganjal di hati Yusuf, masalah laki-laki yang menginap di kossan Mario.


Bokong Yang Kusuka Part 7

7. Pembuktian

Suara dentuman musik dari DJ di club malam itu seperti memecahkan gendang telinga. Yusuf memutuskan untuk open table, merogoh koceknya guna mentraktir Yogi. Yusuf duduk di sofa dalam suatu sekat ruangan yang hanya dibatasi tirai. Mengeluarkan rokoknya dan menyulut dengan segera. Sedangkan Yogi entah dimana rimbanya. Yusuf tak melihat keberadaan Yogi. Yusuf berusaha menikmati riuhnya kemeriahan musik, tapi hatinya sedikit menolak. Yusuf memejamkan mata bersandar pada Sofa. Seutas bayangan senyum dari wajah Mario melintas di benaknya.

"Satt!!" maki Yusuf ditengah hingar bingar musik yang semakin liar.

Tak lama Yogi datang. Membawa dua wanita cantik dikiri kanan. Memberikan satunya seolah barang. Yogi tersenyum menatap Yusuf yang sibuk dengan menghisap rokoknya.

Yogi merapatkan wajah di telinga Yusuf, dengan sedikit berteriak, Yogi berkata, "udah gua bungkus, ini bisa dianal, gasskeun!"

Yusuf memandangi wanita di sampingnya, wanita itu cantik dalam balutan dres sexy berwarna hitam. Wanita itu duduk melipat paha, membuat bagian pahanya tersingkap, mempertontonkan kaki jenjangnya yang mulus. Yusuf bergairah, apalagi malam ini Yusuf gagal bercinta dengan Mario. Tanpa butuh basa basi, Yusuf menarik tangan si wanita, berjalan kearah belakang club, keluar melalui pintu besar. Yusuf sepertinya sudah hapal dengan situasi dan kondisi club tersebut.

Yusuf menuju bilik pintu yang berjejer, merogoh kocek kembali untuk membayar penjaga. Yusuf membuka pintu tersebut, di dalamnya ternyata ada kamar ukuran 4x4 meter dengan springbed ukuran satu orang. Di pojok ruangan ada kamar mandi yang disekat ruang kaca buram. Di atas springbed sudah terdapat kondom dengan berbagai ukuran.

"Nama kamu siapa?" tanya Yusuf pada wanita jalang yang sudah memeluknya.

"Sinta Mas" jawab wanita itu malu-malu.

"Kamu bisa dianal?" tanya Yusuf lagi.

"Diapainpun Sinta siap Mas, kan Sinta udah dibayar" jawab wanita itu masih malu malu. "tapi, pelan pelan ya Mas, Sinta baru tiga kali, Sinta teh baru kerja disini" pinta Sinta dengan nada bicara yang khas dari gadis sunda.

Yusuf mengangguk. Tak sabar Yusuf melucuti pakaian Sinta dan menggiringnya ke springbed. Sinta mencium bibir Yusuf, tapi Yusuf menolak.

"Sorry, aku nggak suka rasa lipstik" ujar Yusuf memberikan alasan.

Sinta mengangguk. Yusuf mengarahkan matanya ke selangkangan Sinta. Selangkangan yang penuh bulu-bulu hitam. Yusuf tidak suka.

"Cukur dulu ya" pinta Yusuf.

"Sinta nggak bawa alat Mas" ujar Sinta.

Yusuf menghembuskan nafasnya, "ya udah, anal aja ya."

Sinta mengangguk lagi. Yusuf mulai melancarkan serangan. Bibir Yusuf mulai bertengger di leher Sinta. Mendaratkan kecupan dan beberapa hisapan disana. Sinta mengerang, mendesah tak tertahankan. Dengan buas Yusuf meremas payudara Sinta. Dua tangannya berlaku adil, masing masing memegang salah satu. Yusuf meremasnya cukup kuat, Sinta kembali mendesah. Dengan posisi duduk berhadapan, Yusuf mulai melumat puting Sinta dan memberi hisapan-hisapan di kedua payudara Sinta yang menjuntai.

"Aghh ... Mas, isep terus tetelan Sinta" racau Sinta.

Yusuf semakin liar memberikan hisapan, remasan, jilatan dan sedikit gigitan kecil di kedua dada dengan tambahan lemak yang menggantung. Sebelah tangan Yusuf mulai menyibak belahan Vagina Sinta yang memiliki ilalang ilalang lebat berwarna hitam. Menyelipkan dua jari yang langsung menembus liang vagina Sinta, menekan dan menggelitik clitoris atau itilisasi Sinta tanpa ampun. Yusuf terus melakukan gerakan merojok, mulut Yusuf tetap fokus pada gunung kembar milik Sinta. Gunung kembar itu erupsi, mengeluarkan larva putih yang dinamakan ASI. Ternyata Sinta berbohong, Sinta sudah memiliki anak, tidak mungkin perempuan single memiliki ASI. Tapi sudahlah, Yusuf tidak perduli dengan one night stand ini. Lama Yusuf melakukan gerakan belaian ke vagina Sinta. Yusuf menempelkan telapak tangannya di pintu vagina. Memberikan gerakan menggesek seperti mengasah telapak tangannya. Badan sexy Sinta mengejang sambil terus mendesah kenikmatan.

"Ough, aghh mas ... agh ... Sinta, Sinta mau pipis, aghh ....." Sinta memekik, pahanya bergetar. Seketika cairan kewanitaan Sinta berdesir membasahi bedcover.

Yusuf membaringkan tubuh molek Sinta. Melucuti pakaian Yusuf sendiri, Lalu Yusuf menggiring cacing besar alaska miliknya untuk digiring ke sangkar bergerigi, tak lain dan tak bukan adalah mulut Sinta. Sinta langsung mematuknya, seperti ular yang bertemu mangsa. Sinta melumatnya bulat-bulat, walaupun bentuknya panjang. Sinta menghisap batang Yusuf seperti menyeruput kuah soto langsung dari mangkoknya, hingga bunyi seruputan slurpp slurrpp ahh terdengar jelas di telinga.

"Penuh mas di mulut Sinta" ujar Sinta.

Yusuf menekan penisnya semakin dalam, menyentuh tenggorokan Sinta, meninju amandelnya, memukul jakunnya. Yusuf sadar itu bukan jakun. Tapi yusuf merindukan jakun yang menyentuh penisnya. Yusuf terpejam. Yang muncul adalah bayang-bayang Mario. Yusuf kesal dengan perasaannya. Kenapa justru Mario yang muncul saat Ia sedang menyetubuhi wanita. Yusuf tetap memejamkan mata, membayangkan Sinta adalah Mario.

"Aghh ... Yo, terusin sayang" racau Yusuf semakin liar.

Gairahnya bangkit, bergejolak, seperti siap tempur dalam peperangan. Membayangkan Mario adalah penyemangat. Membuat hasrat bercinta Yusuf semakin liar. Ia terus memejamkan, tak ada lagi sinta di otaknya. Hanya ada Mario saja. Bahkan mulut yang saat ini sedang dalam posisi mengemut, dibayangkan Yusuf sebagai mulut Mario.

"Yo ... agh ...." lagi-lagi Yusuf meracaukan nama Mario.

Untungnya Sinta tak berpikir aneh, ia pikir Yo bukanlah nama seseorang.

Puas menghajar lubang bergerigi milik Sinta. Yusuf meraba bagian belakang Sinta, masih tanpa membuka mata. Sinta yang mengerti segera merobek bungkus jaket karet sebagai pelindung. Sinta menggenggam penis Yusuf dan membungkusnya dengan jaket karet atau yang lebih familiar dengan sebutan kondom.  Sinta memutar tubuhnya menungging di atas kasur. Menggapai keris pusaka milik Yusuf untuk diasah oleh dubur Sinta. Sinta membantu untuk mengarahkannya. Alon-alon asal klakon, itulah menurut pepatah. Pelan-pelan helm penis Yusuf mulai menyelinap. Mengintip ke dalam celah liang bool.

"Dorong Mas, hentakkan!!" pinta Sinta membuyarkan lamunan Yusuf yang merasa sedang membobol gawang milik Mario.

Dengan kasar, Yusuf menghentakkan pinggulnya.

"Aghh ....." suara sofran Sinta bertemu dengan suara bariton Yusuf. Desahan yang membulat menjadi senada.

Enak? Ya, Yusuf keenakan.

Rasanya sama? Jelas. Anus laki-laki atau perempuan sama saja.

Tapi satu yang tidak sama. Tidak ada rasa nyaman dan chemistry saat Yusuf menerobos liang bokong Sinta. Tidak seperti saat dengan Mario. Yusuf memusatkan pikiran. Berusaha menampilkan tubuh Mario yang tergeletak dan sedang disuntiknya di lubang bokong. Saat khayalan tentang Mario terbentuk, Yusuf mulai menggoyangkan pinggulnya, membuat pantat sinta yang berlemak menggelepar seperti adonan kue yang memgembang dan dihempas-hempaskan. Sinta mengerang, berteriak melengking tajam, tangannya menggosok sendiri vaginanya yang tidak disentuh Yusuf, seperti menggosok lotre dan keluarlah tulisan coba lagi. Maka dari itu Sinta terus mencoba menggosoknya sendiri.

Tangan Yusuf memegang bongkahan bukit bokong Sinta. Tak biasanya Yusuf tidak menempelkan dada di punggung lawan mainnya. Yusuf hanya memejamkan mata dan fokus menghujamkan keris pusakanya pada sarung keris yang salah. Menit berganti jam, Sinta memekik lagi, namun Yusuf masih saja tak orgasme. Tubuhnya bahkan sudah berkeringat, penisnya berdiri total, tapi tak kunjung membuat Yusuf tuntas. Sinta memohon untuk disudahi. Sinta tidak kuat. Pahanya bergetar karena berkali-kali pipis enak. Yusuf kesal. ia menyudahi rojokan maut di liang anus Sinta. Yusuf membuka mata dan segera pergi tanpa perduli Sinta yang kesulitan berdiri.

"Gimana? enak?" teriak Yogi di telinga Yusuf, bau alkohol langsung menyeruak.

Yusuf geram, kenapa dengan dirinya. Kenapa Mario muncul dalam kenikmatan persenggamaannya. Diambilnya sebotol Alkohol, tanpa jeda  Yusuf meneguknya sampai habis.

"Wey goblok!!" maki Yogi yang matanya sudah kriyep-kriyep, "lu kalo mabok juga, siapa yang bawa mobil lerr."

Bicaranya Yogi sudah tidak karuan, berbotol-botol mereka teguk, keduanya kehilangan kesadaran dan tidur di sofa diskotik hingga pagi.

Yusuf terbangun. Syukurlah tak hanya mereka berdua, masih banyak tubuh tubuh bergelimpangan seperti mayat di dalam sana. Yusuf merogoh saku celana mengambil ponselnya, ia mendapati panggilan tak terjawab dari pemilik bokong yang ia suka. Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi. Yusuf beralih mengecek chat dengan kepala yang ia pegangi, ada chat masuk dari Mario, Yusuf membacanya.

Gua di depan pintu apartement lu, lu belum pulang ya?

Gua bawa nasi goreng, gua gantung di pintu ya, jangan lupa dimakan.

Yusuf tersenyum. Perhatian seperti ini yang Yusuf butuhkan. Perhatian yang tidak pernah ia dapatkan dari siapapun. Bahkan gadis-gadis yang ditemuinya tak pernah melakukan hal seperti yang dilakukan Mario. Tanpa sadar Yusuf memeluk ponselnya sendiri.

"Mario" lirih Yusuf.

Yusuf melirik ke Yogi. Yogi masih tertidur pulas. "Lerr, bangun!" Yusuf menendang kaki Yogi.

"Peler, bangun!" suara Yusuf lebih kencang namun Yogi tak bergeming.

Yusuf mendecakkan bibir, kesal yang ia rasakan. Yusuf bangkit. Diambilnya sebotol minuman yang masih menyisakan setengah isi. Diguyurnya wajah Yogi tanpa ampun. Yogi gelagapan, terbangun dan melompat.

"Ujan, oh fck!!" maki Yogi.

Yusuf tertawa puas tanpa dosa, "makanya, dibangunin susah banget" ucap Yusuf masih tertawa.

"Bangke lu lerr, aduh, kepala gua puyeng nih" keluh Yogi.

"Ya udah, gua yang bawa mobil, gua cuci muka dulu" ujar Yusuf.

Yusuf pergi menuju toilet laki-laki, mencuci wajahnya agar segar, pada saat Yusuf menunduk menatap cermin besar di depannya, dua orang laki-laki keluar dari bilik kamar mandi. Yusuf terbengong. Kedua laki-laki itu tersipu malu dan keluar meninggalkan kamar mandi. Bukan jijik yang Yusuf rasakan, namun justru rasa rindu terhadap Mario. Yusuf segera mengeringkan wajahnya dengan tisu, lalu keluar kamar mandi dengan cepat menghampiri Yogi yang masih tertidur.

"Bangke, masih tidur aja, mati lu ya!"

Yusuf memapah tubuh Yogi, membawa Yogi paksa menuju pakiran.

"Lerr, gua pulang langsung ya, titip mobil gua, lu bawa aja" ujar Yogi yang kembali berbaring di kursi penumpang bagian belakang.

"Iya gua anter" ucap Yusuf mengemudikan mobil Yogi menuju rumahnya.

Guna mengusir rasa kantuk, Yusuf menyalakan radio, lagu sebuah rasa kembali berdendang. Bayang Mario hadir lagi. Yusuf bergegas melajukan mobil dengan kencang. Sesampainya di depan rumah Yogi, Yusuf mengerem mobil mendadak, Yogi terguling ke bawah, laki-laki itu mengaduh kesakitan memaki Yusuf.

"Sana turun, udah sampe!" ketus Yusuf.

"Sakit ngehek" Yogi akhirnya sadar total walau dengan malas turun dari mobilnya.

"Gimana? masih nggak percaya gua masih bisa gaceng ama cewek?" tanya Yusuf saat Yogi sudah turun dan bersiap masuk ke rumah.

"Iya percaya, udah, gua mau tidur. Dasar bisex" ejek Yogi meninggalkan Yusuf didepan rumahnya.

Yusuf menghela nafas. Sesungguhnya Yusuf memang masih bisa berdiri dengan semangat berapi-api. Tapi rasa nikmat yang ia rasakan berbeda, Yusuf terpikirkan rasa nikmat yang ia buat bersama Mario.Yusuf memutuskan untuk pergi ke kossan Mario. Meminta maaf karena semalam membuatnya pulang dan pagi ini tak ada di apartement saat Mario menghampirinya. Sesampainya di kossan Mario, Yusuf segera turun, namun baru saja Yusuf masuk ke gerbang rumah koss Mario, Yusuf bertemu laki-laki yang waktu itu ia pergoki bersama Mario, Yusuf masih ingat wajahnya.

"Lu kan ...," ujar Yusuf, "ee ... Mario ada?" tanya Yusuf langsung mengalihkan pembicaraan.

"Lagi tidur, semalem gua nginep soalnya" jawab laki-laki yang bahkan Yusuf saja tidak menanyakan namanya.

Mendengar laki-laki itu berkata habis menginap, dada Yusuf rasanya sakit, tak terima, bukannya pagi-pagi Mario mengirimi Yusuf chat, katanya Mario membawakan nasi goreng, lalu kenapa ada laki-laki ini yang menginap, apa mungkin Mario berbohong, banyak sekali pertanyaan di otak Yusuf.

"Lu lama nggak bro?" tanya laki-laki itu, "kalo bisa, jangan lama-lama ya, gua beli makanan doang, abis itu kesini lagi, masih pengen" ujar laki-laki itu terkekeh.

"Santai boss, gua balik aja, nggak usah bilang Mario kalo gua mampir" jawab Yusuf.

Yusuf melangkah meninggalkan rumah kost. Yusuf masuk kembali ke dalam mobil, ia diam sejenak. Yusuf menyesali perbuatannya yang lebih memilih ke club daripada menemani Mario. Seandainya saja semalam Yusuf tetap bersama Mario, mungkin Mario tidak akan memanggil laki-laki itu lagi. Yusuf tampak frustasi, ia memukul setir mobil Yogi dengan lengannya. Yusuf Memandangi sebentar rumah kost Mario, kemudian Yusuf tancap gas.

Sesampainya di apartement, Yusuf tidak menemukan apapun yang menggantung di pintunya, Yusuf semakin yakin jika Mario hanya membual.

"Lagian ngapain gua mikirin dia" lirih Yusuf.

Nyatanya percuma saja. Mulut Yusuf bisa berkata seperti itu, tapi tidak dengan hatinya. Hatinya kecewa, Yusuf masih saja bersikeras jika ia tidak mungkin jatuh cinta dengan Mario, namun hati Yusuf tak dapat ia bohongi. Saat ini Yusuf sedang merasakan cemburu, ia masih saja menyesal karena lebih memilih pembuktian tentang masih bisa bernafsu saat dengan perempuan, padahal pembuktian itu sangatlah tidak penting.

Yusuf menghempaskan tubuhnya di atas kasur, ia memejamkan mata, tangannya menyelinap ke dalam celananya, memegang penisnya dan membayangkan Mario, bibirnya lirih berkata. "Mario aghh ... aghh ..."