Senin, 05 Mei 2025

Bokong Yang Kusuka Part 12

12. Status Baru

Kegiatan malam surga di atas dosa semakin panjang. Yusuf berkali-kali merengkuh kenikmatan bersama Mario. Seandainya ranjang bisa bicara, mungkin ranjang itu akan mengeluh, karena bosan menjadi saksi pergulatan dua tubuh, dari malam sampai subuh, dengan terus berbagi peluh.

"Kamu gila, mas," ucap Mario sambil mengatur nafas setelah kesekian kalinya ia dibuat merintih dalam kenikmatan duniawi, "lututku lemes, ternyata bener, kalo jadi pacar kamu, aku dipake terus" Mario melanjutkan ucapannya.

"Kamu nyesel?" tanya Yusuf tersenyum.

"Yang ada ketagihan, mana mungkin aku nyesel" jawab Mario tertawa menyadari ucapan nakal yang keluar dari bibirnya.

Mario merebahkan kepala di atas dada Yusuf, memainkan jarinya dengan membelai perut Yusuf sambil terus memandangi wajah laki-laki yang telah resmi menjadi pacarnya, laki-laki yang selama ini sudah dicintai oleh Mario sejak hari pertama kedatangan Yusuf dan Yogi sebagai juniornya di kantor. Mario terkenang saat Yusuf diberi pilihan oleh Bu Ketty untuk bergabung dengan tim Mario atau tim Samuel, dengan lantang dan tak ada keraguan Yusuf memilih Mario sambil mengerlingkan mata, membuat jantung Mario berdetak tak karuan kala itu.

"Kamu kenapa ngeliatin aku kayak gitu?" tanya Yusuf yang sadar karena Mario memperhatikannya terlalu lekat.

"Apa salah aku mandangin pacar?" Mario menjawab dengan balik bertanya.

"Aku jadi malu, kemaluanku kan gede," jawab Yusuf, "maksudnya rasa malunya gede" ralat Yusuf terkekeh, Mario mencubit hidung bangir Yusuf.

"Kamu udah pikirin ini mateng-mateng, kamu sadar kan kalo pacaran sama cowok?" tanya Mario masih tak percaya bahwa saat ini status keduanya berubah menjadi sepasang kekasih.

Yusuf membelai rambut sampai ke pinggang Mario, dengan lembut Yusuf berkata, "mas memang bukan pribadi yang baik, tapi mas janji, mas akan belajar menjadi yang terbaik untuk kamu. Mas juga sadar, mas banyak banget kekurangan dan kelemahan. Tapi mas percaya, kamu bisa lengkapi kekurangan mas. Mas juga belum pernah pacaran, jadi mas nggak tau harus bersikap kayak gimana sama pacar, kalo suatu saat kamu ngerasa ada yang harus mas perbaiki, jangan sungkan untuk bilang. Kamu berhak atur hidup mas, mas percayakan hidup mas sama kamu, karena mulai saat ini hidup mas juga milik kamu. Mas nggak bisa janjiin kebahagiaan berlebih, tapi mas bisa kasih kamu kebahagiaan yang cukup" Yusuf berkata panjang lebar sambil terus membelai Mario.

Mario merubah posisi, kini tubuhnya berbaring di atas tubuh Yusuf, menyilangkan tangan di dada Yusuf, Mario mengecup pipi Yusuf lalu ia berkata, "aku nggak butuh yang macem-macem mas, cukup setiap hari bisa peluk kamu kayak gini, aku udah merasa jadi orang yang paling bahagia di dunia. Makasih mas, kamu udah mewujudkan mimpiku untuk jadi pacar kamu, rasanya mendam cinta itu nggak enak banget."

"Emang bener kamu cinta sama mas sejak pertama kali ketemu?" tanya Yusuf melingkarkan tangan di pinggang Mario.

"Iya," Mario mengangguk, "aku juga nggak tau kenapa, tapi aku nggak pernah berharap lebih, aku nggak mau kamu akhirnya malah ...."

"Tapi kenyataannya sekarang Yusuf Asabi ini adalah pacar kamu, satu - satunya yang akan jadi pacar kamu, mas janji, My Rio" ujar Yusuf memotong ucapan Mario.

"Boleh aku minta mas panggil aku My Rio kayak tadi, tapi jangan depan orang lain ya" pinta Mario selalu memandangi wajah kekasihnya.

"Di depan Yogi nggak apa-apa kok" jawab Yusuf.

Mario mengernyitkan dahi, "emangnya Yogi tau?" tanya Mario kebingungan.

"Dia orang pertama yang tahu kalo mas udah mulai cinta sama kamu, Yogi yang selalu support mas untuk ngejadiin kamu pacar" jawab Yusuf mempererat pelukannya.

"Yogi nggak benci sama kamu?" tanya Mario lagi.

"Jangankan Yogi. Mas nggak perduli dibenci dunia maupun surga sekalipun. Mas juga nggak perduli anggapan orang kalo semua ini salah. Kalau memang ini salah, mas mau selalu ada di dalam kesalahan ini asal sama amu. Karena mas cinta sama kamu, dan kamu akan selalu jadi rioku. Mas cinta kamu, kamu bisa garis bawahi kalimat itu."

Mario menitikkan air mata, ia terharu dengan ucapan Yusuf yang berbicara tanpa sedikitpun mengalihkan tatapannya.

"Kamu mau kan, tinggal di apartemen Mas Sabi?" tanya Yusuf lagi.

"Mau, aku mau, bahkan tinggal dimanapun aku mau asal sama kamu" jawab Mario yakin.

Pagutan kembali terjadi diantara sepasang kekasih yang dimabuk cinta itu, berbagi nafas dengan menghirup udara hangat yang keluar dari hidung keduanya, mengikat janji untuk saling mencintai dalam kesalahan dan dosa bagi sebagian manusia suci yang mengutuk perbuatan mereka. Yusuf tidak perduli, begitu juga dengan Mario. Mereka bertekad di dalam hati, akan tuli pada hujatan, akan bisu pada gunjingan, akan buta terhadap hinaan. Cinta sudah mengetuk pintu hati kedua insan keturunan Adam. Bukankah Adam membutuhkan Hawa / Eve karena tujuannya adalah memperluas keturunan? bukankah sekarang keturunan Adam sudah merajai dunia? lalu apa salahnya jika anak Adam saat ini tidak menginginkan manusia berjenis kelamin sama seperti Hawa. Lagipula masalah surga dan neraka itu urusan pribadi, tak ada yang bisa membantu dan menentukan surga atau neraka bagi orang lain, apa pantas manusia bersikap seperti tuhan bagi sesama manusia dengan dalih hanya sekedar mengingatkan.

Pergulatan bibir keduanya semakin syahdu, dalam nafas yang saling memburu, bagai mesin yang menderu, namun terpaksa harus berhenti karena deringan nada dengan intro lagu Sebuah Rasa, lagu yang sama-sama menjadi lagu favorit keduanya terdengar dari ponsel Yusuf.

"Sejak kapan mas ganti nada dering yang sama kayak aku?" tanya Mario tersenyum.

"Sejak mas yakin kalo mas cinta sama kamu" jawab Yusuf menggapai ponsel yang ia letakkan di meja kecil persis di samping tempat tidur.

Yusuf melihat layar ponselnya bertuliskan nama Yogi disana, tapi Yusuf kembali meletakkan ponsel itu di atas meja.

"Yogi nelpon bukannya diangkat!" Mario memarahi Yusuf.

"Nggak penting! yang lagi tidur di atas mas saat ini lebih penting" ujar Yusuf mencolek hidung Mario.

"Angkat nggak! jangan gitu ama temen sendiri, giliran butuh apa-apa juga kamu ke Yogi" Mario kembali memarahi.

Yusuf menghembuskan nafasnya yang berat, "iya sayang, mas angkat. pokoknya tetep di atas mas, jangan kemana-mana!"

Yusuf mengangkat panggilan dari Yogi, ia berpura-pura seolah baru saja terbangun dari tidur.

"Hallo, pagi-pagi buta nelpon gua, ngapain?" ketus Yusuf berakting, sedangkan Mario mencubit pelan pipi Yusuf yang memberikan sapaan tidak enak didengar.

"Gantian ler, bantuin gua!" tegas Yogi sedikit memaksa.

"Bantu apaan?" tanya Yusuf keheranan. Mario mendengarkan dengan serius.

"Gua jatuh cinta sama Andrew (endru)" Yogi langsung to the point.

"Andrew?" Yusuf kebingungan mengingat Andrew yang mana yang dimaksud Yogi.

"Andrew Rialdy, bagian accounting, masih perlu gua jelasin?"

"Oh duck you beach, sejak kapan? jangan bilang kalo ...."

"Udah lama, gua udah nidurin dia gara-gara gathering kantor waktu itu, gua nggak bisa gini terus, tersiksa lahir bathin. Dia marah, gua udah minta maaf tapi jangankan ngasih kesempatan ngomong, ngeliat gua aja, Andrew udah nggak mau" curhat Yogi, nada suaranya terdengar sedang sedih dan tak bersemangat.

"Jadi selama ini lu galau bukan karena Anya? tapi ...."

"Iye karena Andrew, bawel lu! bantuin gua! nggak usah banyak tanya!" omel Yogi memotong ucapan Yusuf lagi. Yogi sepertinya frustasi berat disana.

"Caranya gimana ler? gua kan di belitung peler!" ujar Yusuf bingung.

"Mario mana?" tanya Yogi.

"Ada nih, lagi di atas gua" jawab Yusuf jujur.

"Bangkai sekali sampean, temannya galau, sampean enak-enakan bulan madu disana" gerutu Yogi membuat Yusuf tertawa, begitu juga Mario yang mendengarnya. Kemudian Yogi melanjutkan curahan hatinya, "Mario kan temen kossannya Andrew, tolonglah bujuk Andrew buat kasih kesempatan gua ngomong, gua cuma pengen jelasin kalo gua nggak serius ngejelekin dia sama si Samuel, gua cuma berusaha menepis perasaan gua, nyatanya, gua emang nggak bisa lupain Andrew sekalipun gua udah paksa."

"Oalah, jadi karena itu lu nggak nemenin gua masuk ke kossan pacar gua waktu itu, lu takut flashback" ledek Yusuf teringat saat ia mengantar file untuk Mario.

"Pusing gua ler, bener kata lu, rumit ler, sial!" umpat Yogi.

"Yog, gua bakal chat Andrew, tenang aja, serahin sama gua" timpal Mario.

"Aduh Mario, baek bener, sebagai ucapan makasih, lu boleh cipokin Yusuf sepuasnya. Ya udah, gua tunggu ya, sana lu berdua bikin anak, biar ada yang manggil gua Om" sahut Yogi girang.

"Nggak cocok, anak gua bakal manggil lu pakde" ujar Yusuf menimpali.

"Makasih Mario, kalo deket gua cium lu!" ujar Yogi.

"Gua patahin leher lu!" ancam Yusuf membuat Yogi tertawa, "ngomong - ngomong, welcome to the club ler!" balas Yusuf mengakhiri panggilan telepon Yogi.

"Ini lagi musimnya kali ya, cowok kawin sama cowok" lirih Yusuf.

"Sembarangan! jadi kamu nyesel udah ngawinin cowok" omel Mario.

"Nggak mungkin aku nyesel. Saya terima nikahnya dan kawinnya Mario Stevanus bin Gunadi Tjoa dengan maskawin seperangkat lubricant dibayar tunai, sah!" seru Yusuf meletakkan ponselnya kemudian memeluk dan menggelitik Mario.

Mario meronta-ronta, ia berusaha melepas tindihan dan gelitikan Yusuf, namun Yusuf tak mau melepasnya, Mario berteriak, "mas, ampun lepasin! geli!" Yusuf menghentikan kejahilannya lalu memberikan kecupan di wajah Mario berkali-kali.

"Aku cinta kamu, aku cinta kamu, aku cinta kamu" ujar Yusuf mengatakan kalimat itu setiap selesai mendaratkan kecupan di sekujur wajah Mario.

"Aku juga, Mas Sabi" jawab Mario berani memagut bibir Yusuf yang berada di atasnya, "udah ah! Kamu engasan orangnya, baru dicium gitu doang udah berdiri" ledek Mario.

Pintu kaca yang tirainya tersibak menampilkan langit pagi itu. Tak terasa lukisan langit mulai terlihat menampilkan panorama alam dengan awan putih bercampur biru, hal yang jarang ditemui di Ibukota Indonesia. Kesejukan pagi seolah menyaksikan dua insan yang melabuhkan rasa dalam mahligai cinta. Bahagianya hati Yusuf sama bahagianya dengan hati Mario saat ini, tak ada puasnya saling mengatakan cinta, saling melempar tawa, dan saling mengikat peluk dengan erat.

* * *

Yusuf dan Mario tak akan bosan hanya berdiam diri di kamar. Namun mengingat biaya yang telah dikeluarkan perusahaan, sebutan dua orang yang telah menjadi sepasang itu memutuskan untuk memanfaatkan waktu dengan berjalan-jalan. Yusuf yang sebenarnya sudah pernah melancong ke Belitung karena dirinya pernah mengalami masa kecil di Palembang, berusaha mengingat apa saja yang menjadi jagoan atau andalan yang disuguhkan oleh pulau yang indah ini. Yusuf mengajak Mario mencicipi mie khas Belitung, berfoto di tugu batu satam yang iconic, lalu bersantai di pantai tanjung tinggi, pantai yang menjadi tempat syuting laskar pelangi.

Setibanya di pantai tanjung tinggi, raut wajah bahagia Mario tak bisa ia sembunyikan, dengan percaya diri ia menaiki batu yang tinggi, lalu menyanyikan lagu laskar pelangi.

"Hei A Ling! turun kau dari situ!" sorak Yusuf dengan logat melayu.

"Diamlah kau Ikal! pergilah! Bu Mus sudah mencari kau" timpal Mario tertawa.

"Tak akan aku kembali ke sekolah sebelum A Ling mengatakan cinta padaku" teriak Yusuf lagi.

"Aku mencintaimu Ikal" teriak Mario.

"Akupun begitu A Ling" balas Yusuf.

Kegilaan sepasang kekasih itu tak ada yang melihat, hanya ada mereka berdua disana, Mas Jupri sedang tertidur pulas di mobilnya. Mereka tetap menyebut diri sebagai Ikal dan A Ling, karakter di cerita Laskar Pelangi. Ikal mencintai A Ling, sama halnya Yusuf mencintai Mario, pantai hari itu bagaikan milik mereka pribadi.

"Tangkap ini A Ling ku sayang!" Yusuf melemparkan tripod ke arah Mario, dengan sigap Mario menangkapnya.

Yusuf mengalungkan Camera SLR yang ia bawa, melepas sendal yang ia pakai, lalu ikut memanjat bebatuan guna menyusul Mario di atas sana. Sesampainya di atas, Yusuf memeluk Mario dan kembali memagut bibir Mario yang benar-benar memabukkan seorang Yusuf, keduanya berpagutan di atas batu besar disaksikan bebatuan lainnya dan juga angin pantai. Betapa mereka penuh cinta seolah tak ada yang bisa menghentikan mereka.

"Foto yuk!" ajak Yusuf setelah menghentikan ciumannya.

Yusuf memasang tripod di kameranya, mencari struktur batu yang datar untuk menegakkan kaki tripod, melakukan percobaan mengambil gambar Mario dengan view air laut dan juga bebatuan besar lainnya. Kemudian Yusuf mengatur timer, tak lupa mengatur camera agar secara otomatis menangkap gambar berkali-kali.

"Siap ya A Ling, timernya udah jalan" seru Yusuf segera menghampiri Mario lagi.

Yusuf kembali memeluk Mario, melakukan gaya sesuka mereka, mulai dari gaya selayaknya sepasang kekasih hingga gaya amburadul yang tidak karuan. Yusuf mendekati cameranya, kembali mengotak-atik camera seolah potographer handal. Tanpa sepengatahuan Mario, Yusuf mengatur cameranya dengan video, lalu Yusuf menghampiri Mario lagi.

"Ini bakalan lama sayang, aku setting 30 kali jepret" Yusuf berbohong, "sini cium!"

Yusuf menarik tubuh Mario. Tak lupa melingkarkan tangannya ke pinggang Mario. Yusuf kembali melumat bibir Mario yang ia gilai. Mereka kembali berpagutan dengan penuh cinta, tak ingin saling menyudahi, seolah mengatakan, mereka ingin seperti ini saja. Pertemuan bibir itu harus berhenti karena Yusuf sudah berbuat lebih, tangannya liar menyelusup ke dalam celana bagian belakang Mario.

"Mas, kontrol dikit! dasar engasan!" cibir Mario terkekeh.

"Gagal deh bikin film di atas batu" celetuk Yusuf yang sukses mendapatkan pukulan kecil dari Mario di lengannya.

"Kamu mau bikin bokep disini! dikutuk jadi batu entar sama penunggu pantai!" Mario memarahi, sedangkan Yusuf tertawa jahil. "jangan disini! nanti aja di kamar" Mario mengerlingkan mata.

Tak lama kemudian Mas Jupri menghampiri, untung saja sesi pelukan dan ciuman itu sudah berakhir. Mas Jupri membawakan dua botol air mineral untuk keduanya.

"Mas Yus, berangkat sekarang yuk! jadwal kapal buat nyebrang ke pulau lengkuas sebentar lagi" ajak Mas Jupri mengingatkan jadwal mereka hari ini.

"Cancel ajalah mas, jangan hari ini bisa nggak?" tanya Yusuf diiringi dengan anggukan kepala Mario pertanda setuju.

"Boleh, besok aja ya!" Mas Jupri memberikan usul, "tapi kalau besok kapal buat nyebrang nggak bisa private mas, gabung sama open trip orang lain apa nggak masalah?" tanya Mas Jupri.

"Nggak masalah mas, atur aja!" jawab Mario ikut menimpali.

Mas Jupri melempar dua botol air mineral untuk Yusuf dan Mario.

"Mas Jupri mau difoto nggak?" Yusuf menawarkan.

"Bosen saya mas foto disini, bukannya sombong nih" sahut Mas Jupri tertawa.
Mas Jupri pergi menuju mobil dan kembali melanjutkan mimpinya.

Yusuf dan Mario sudah bosan berfoto, Mereka sudah naik turun bebatuan beberapa kali. Yusuf juga sudah menggendong Mario di bibir pantai dan berjalan di hamparan pasir. Pantai Tanjung Tinggi ini memang pantai yang sangat panjang, selain ada spot bebatuan, ada juga spot dengan pasir pantai. Sehingga tidak akan bosan jika seharian berada disini. Yusuf kembali mengajak Mario duduk di batu yang ada di ujung pesisir pantai. Mereka duduk di pinggir dengan Mario yang bersandar di pundak Yusuf.

"Indah ya?" Yusuf berdecak kagum memandangi hamparan lautan yang luas dan bersih, sampai-sampai di beberapa bagian terlihat dasar lautan yang berpasir dan bebatuan kecil, "tapi lebih indah yang ada di sampingku saat ini."

"Gombal terus, pantesan gampang dapet cewek" jawab Mario.

Yusuf menyingkirkan kepala Mario dari pundaknya. Tanpa persetujuan Mario, Yusuf berbaring dan menjadikan paha Mario sebagai alasnya. Mata Yusuf memejam karena cahaya matahari yang persis berada di atas kepala mereka, membuat sakit mata Yusuf oleh sinar terangnya. Mario membelai kepala Yusuf yang memiliki rambut sangat pendek. Yusuf memang tidak pernah memanjangkan rambutnya.

"Jadi semangat achieve target, biar bisa jalan-jalan berdua sama pacar" ucap Yusuf dengan mata terpejam.

"Denger-denger tahun depan rewardnya luar negeri. Belanda, Jerman, Swiss, perancis sama Yunani, antara itu sih katanya" ujar Mario yang memang mendengar selentingan.

"Bagus dong, semoga aja Belanda, biar sekalian kita nikah" sahut Yusuf bersemangat.

"Jangan kejauhan mikirnya! emangnya nikah gampang!"

"Gampang dong, besok juga bisa, tapi jangan dulu deh, cicilan masih banyak belum lunas" ujar Yusuf meralat ucapannya sendiri.

Mario hanya terdiam, ia tidak menyangka Yusuf sudah berpikiran jauh seperti ini. Yusuf membuka mata, melawan sinar surya yang menyilaukan bola matanya.

"My Rio, aku serius! aku sangat-sangat cinta sama kamu, aku nggak pernah ngerasain jatuh cinta sedalam ini, aku mau kita nggak main-main, aku mau hubungan ini ada ujungnya, aku mau ujungnya adalah pernikahan, aku udah bilang, aku nggak perduli ada yang menentang, aku mau selalu sama kamu, aku minta jangan tinggalin aku apapun yang terjadi nanti!" Yusuf kembali berbicara tanpa jeda.

"Aku janji nggak akan ninggalin Kamu mas" jawab Mario yakin.

Yusuf menarik kepala Mario, kembali berciuman tanpa kenal rasa bosan. Kembali berpagutan melampiaskan perasaan saling cinta di dalam hati mereka.


0 komentar:

Posting Komentar