Hari pertama Sabi di kantor barunya dimulai dengan langkah yang ragu tapi penuh tekad. Gedung kaca menjulang tinggi di pusat Orchard menyambutnya dengan pantulan langit yang bersih. Ia mengenakan kemeja putih gading yang baru disetrika semalam, berharap hari ini berjalan mulus.
Interior kantor tampak modern dan hangat. Meja-meja kayu terang, lampu-lampu gantung berwarna tembaga, dan suara sepatu di...
Senin, 12 Mei 2025
Bokong yang Kusuka New Era part 4
“Lu belum cerita kenapa lu resign, dan sekarang lu mau kemana?” Erick masih berceloteh, suaranya menyerupai seorang ibu yang tengah menasihati anaknya. Namun di balik gerutunya, tampak ketulusan tak bersyarat ketika Erick membantu Sabi menurunkan koper dari bagasi mobilnya yang terparkir di pelataran Bandara Soekarno-Hatta.
Hari ini, adalah hari Sabi melepas jejak-jejak langkahnya di tanah kelahiran....
Rabu, 07 Mei 2025
Bokong Yang Kusuka New Era Part 3
Setelah menuntaskan transaksi di sebuah coffeeshop dekat hotel tempatnya bermalam, Sabi melangkah ringan menuju area merokok, seolah ingin berdamai sejenak dengan pikirannya. Asap rokok pertama, kedua, baru saja menguar, belum sempat membawa resahnya menjauh, ketika namanya melayang di udara—dipanggil lembut oleh sang barista, tanda pesanannya telah siap. Sabi mengambil kopinya, kembali ke kursi semula,...
Bokong Yang Kusuka Part 21 Special
Palembang, 2021
Pagi itu, Yusuf terbangun terlambat — jam menunjukkan pukul 10.00 WIB, terlalu siang baginya yang biasa bersahabat dengan embun dan mentari pagi. Meski tak ada janji, tak ada agenda penting, Yusuf selalu menyapa pagi dengan langkah-langkah kecil menyusuri sawah dan ladang yang terhampar di sekitarnya — sebuah ritual merengkuh kesunyian alam.
Yusuf menggeliat, matanya mengerjap-ngerjap,...
Bokong Yang Kusuka Part 20
Setahun kemudian
Bern, Swiss, April 2018.
Yusuf tiba di Bern ketika musim semi sedang menari-nari indah di setiap sudut kota. Bunga-bunga bermekaran, aroma tanah yang menghangat menguar pelan, tapi hati Yusuf terasa beku, berat oleh rindu yang sudah lama tak bersuara. Dengan alamat yang diberikan Andrew, ia berdiri di depan sebuah rumah singgah di pusat kota, menatap pintu kayu itu seakan menatap...
Langganan:
Postingan (Atom)